
Tulisan ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi ludus.id

Memang sih mungkin berubah fungsinya bukan seterusnya, bukan permanen, tapi hanya beberapa hari. Tapi pernah tidak kebayang itu dipakai hanya beberapa hari tapi rusaknya tidak dengan mudah menjadi sesuatu lapangan lagi yang baik.
Saya enggak ngerti loh, belakangan ini, maaf ya, GBK (Gelora Bung Karno) Senayan, bukan lagi buat olahraga. Tapi menjadi satu kawasan atau kalau dilihat di hari sabtu atau minggu, ya boleh-boleh saja sih ya menjadi seperti Taman Impian Jaya Ancol. Ramai, orang semua olahraga, tapi juga makan, kuliner dan sebagainya.
Tapi yang sangat disayangkan dalam satu atau dua bulan ini berubah fungsi bukan hanya menjadi tempat untuk tampilnya atlet-atlet kita bermain atau berprestasi di olahraga masing-masing di cabor (cabang olahraga), tapi sekarang berubah. Ini sesuatu yang luar biasa, terus terang saja karena saya juga kaget seperti di lapangan sofbol pintu satu Senayan ini, akan menjadi satu pentas musik.
Kebayang enggak sih? Rumput yang dipelihara dari tahun 2018 dan tidak mudah, itu sekarang menjadi kuning-kuning. Ya memang sih agak panas ya karena kemarin kemarau, tapi lihat dipakainya untuk apa sekarang. Kemudian juga, oke itu rumput ya masih bisa disiram atau diapa, yang paling disayangkan adalah gravel (kerikil/jalan yang kadang diperhalus lagi permukaannya dengan pasir/tanah atau kerikil).
Gravelnya itu adalah diamond. Kalau di sofbol itu ada diamond itu tempat infieldnya, ada pitcher, ada catcher dan itu tidak mudah. Gravel itu dibuat berlapis-lapis. Harus tahan dan menyerap air dan betapa menyakitkan untuk seorang atlet-atlet sofbol yang biasanya bisa bermain, berlatih, begitu banyak klub yang ada mengisi tempat ini, itu terpaksa harus berhenti dulu hanya untuk sebuah gelaran musik. Dan saya tidak tahu juga ya kenapa GBK belakangan ini boleh mencari uang, boleh saja itu tidak masalah tapi fungsi dari lapangan ini atau tempat ini bukan untuk musik.
Maaf. Kenapa? Karena lapangan ini didesain khusus untuk sofbol. Tapi tahu tidak, ternyata bukan hanya lapangan sofbol yang rusak, tapi ada satu lagi kemarin yang mungkin tahu mengenai Istora Senayan karena ada satu gelaran musik, bergoyang-goyang entah apa, yang harusnya kapasitas cuma 10 ribu itu kalau orangnya berdiri semua, ini dipadati dengan 21 ribu.
Beruntung tidak ada korban. Ada yang lebih sedih lagi, saya paling sedih lagi apa? Lapangan atletik, Stadion Madya Senayan, itu dibangun juga tidak sedikit uangnya dan itu memakai apa lintasannya? Tartan. Saya tanya, orang ini pada ngerti enggak itu tartan? Karpet itu khusus untuk pelari dan bukan untuk dimain-mainin dan sampai bolong dan banyak sekali cacatnya.
Saya rada marah sebenarnya, kenapa dijadikan seperti ini. Saya sedih banget. Saya berada di dunia olahraga ini sejak tahun 1977, dari PON tahun 1977. Dan saya tidak pernah lihat semasa begitu panjang Gelora Bung Karno dibuat seperti ini. Mungkin, saya tidak tahu ya, maaf lagi, kalau ada penekanan dari yang punya, atau pemerintah untuk mencari uang sebanyak-banyaknya, tapi bukan begini caranya. Caranya saya rasa banyak. Saya bukan apa, saya hanya menghimbau saja. Sangat disayangkan dan perlu dipikir-pikir lagi. Kecuali memang sengaja dibuat untuk sengaja dirusak dulu semuanya dan dibangun kembali dengan baik.
Memang mempertahankan sembari merawat aset yang sudah ada tentu lebih sulit dibandingkan dengan membangun baru. Tapi mau tidak mau hal itu harus dilakukan, jika tidak maka pemerintah harus menyesuaikan UU Sistem Olahraga Nasional: dengan melarang keras segala bentuk upaya untuk meniadakan/mengalih fungsikan sarana dan prasarana olahraga yang telah menjdadi aset/milik Pemerintah maupun Pemda. Maka segala bentuk risiko kerusakan oleh kegiatan di luar olahraga mampu ditiadakan.
Disarankan bagi siapapun warga bisa mengajukan review UU Sistem Olahraga Nasional ke Mahkamah Konstitusi karena itu merupakan hak kita semua sebagai warga yang hidup di negara hukum Indonesia.
Karena pada dasarnya olahraga bisa menjadi alat pemersatu bangsa, semakin berprestasi Indonesia di kancah olahraga level internasional sudah pasti bisa menjadi indikasi bahwa rakyat kita sudah semakin bersatu dan sudah saatnya segala persoalan terkait sarana dan prasarana olahraga kita bersama-sama mencari solusi terbaik untuk kembali ke masa keemasan Olahraga Nasional.
LINDA WAHYUDI, Mantan Atlet Sofbol dan Pelaku Olahraga. Catatan ini bisa disaksikan di channel Youtube imsport.tv
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!