Mendobrak Batas Jabar: Istiazah dan Kursi Roda yang Membuka Jalan Prestasi, Hatur Nuhun Bandung
Ludus01

LUDUS - Kursi roda itu meluncur pelan di lantai Gedung Laga Tangkas, Arcamanik Sport Center, Kota Bandung. Di atasnya duduk seorang gadis muda dengan mata penuh cahaya: Istiazah Kamila Putri, wakil dari Kota Bekasi, satu dari 360 peserta yang datang untuk satu hal—mendobrak batas. Ia tak datang untuk sekadar mencoba. Ia datang untuk percaya. Percaya bahwa kursi rodanya bukan penghalang, melainkan kendaraan menuju mimpi.

Istiazah Kamila Putri, wakil dari Kota Bekasi, menyukai angkat besi (Foto: NPC Indonesia)
Di panggung program pencarian atlet bertajuk Mendobrak Batas, yang digagas National Paralympic Committee (NPC) Indonesia dan kini singgah di Jawa Barat, Istiazah menemukan ruang. Ruang untuk menunjukkan bahwa tekad tak pernah mengenal bentuk tubuh. Ruang untuk bersuara lewat tenaga, semangat, dan barbel yang ingin ia angkat.
“Saya senang sekali dengan adanya program ini,” ucap Istiazah, pada Rabu, 28 Mei. Senyumnya tipis, tapi penuh keteguhan.

Ketua Umum NPC Indonesia Senny Marbun bersama calon juara masa depan (Foto: NPC Indonesia)
Program Mendobrak Batas bukan hanya nama, melainkan jalan. Jalan bagi mereka yang selama ini tertutup akses, terkekang stigma, dan terbatasi oleh fasilitas. Tapi di Bandung, dua hari itu—26 dan 27 Mei 2025—menjadi momen para pencari mimpi bertemu dengan harapan.
Istiazah Putri bukan datang tanpa bekal. Ia sudah lama mengamati kegiatan-kegiatan NPC Indonesia. Ada satu cabang olahraga yang membuatnya jatuh hati: angkat berat. “Cita-cita saya menjadi atlet angkat berat. Saya suka olahraga angkat berat karena itu sudah menjadi passion saya,” katanya, mantap.
Baginya, kekuatan bukan semata ada di otot, tapi di kemauan. Dan kemauan itulah yang mendorongnya duduk bersama 359 peserta lainnya di tengah gedung olahraga, berharap menjadi bagian dari masa depan olahraga disabilitas Indonesia.
Pesannya melampaui dirinya sendiri. Ia menyerukan semangat bagi seluruh penyandang disabilitas di Tanah Air, terutama generasi muda.
“Ayo yang muda-muda. Kita itu tidak berbeda dengan yang non-disabilitas, kita itu sama di mata Tuhan. Buat kalian yang masih merasa dirinya berbeda, ayo bangkit. Kita tuh sebenarnya sama, cuma penampilan kita saja yang berbeda. Ayo cari bakat kalian di bidang olahraga ataupun bidang yang lainnya,” ujar Istiazah, seakan sedang berdiri di podium, memimpin gelombang perubahan.

Namun tak hanya para atlet muda yang menyambut program ini dengan mata berbinar. Orang tua dan guru pendamping pun menyambutnya dengan rasa haru dan bangga. Bonita Hana, seorang pendamping asal Bandung, baru kali ini mengetahui adanya program pencarian atlet disabilitas yang menjangkau 35 provinsi di Indonesia.
“Ini acara yang bagus sekali, mencari bakat dari anak disabilitas supaya bisa mandiri dan berprestasi. Hal-hal seperti ini yang dibutuhkan anak-anak disabilitas. Mereka perlu diberi ruang, diberi kesempatan untuk berprestasi,” tutur Bonita.
Program ini membuka mata banyak orang tua. Bahwa keterbatasan bukanlah akhir dari potensi. Bahwa dalam setiap anak, ada kemungkinan menjadi juara—asal diberi ruang dan keyakinan.
“Saya sangat bersyukur dengan adanya program ini kita bisa tahu, anak kita itu walaupun disabilitas punya kemampuan di salah satu cabang olahraga, sebagai pengembangan bakat. Semoga ke depannya bisa berprestasi,” katanya, lirih namun penuh harap.

Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, hadir langsung membuka kegiatan Mendobrak Batas di Bandung (Foto: NPC Indonesia)
Tak ketinggalan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun memberikan dukungan penuh. Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, hadir langsung membuka kegiatan. Dalam sambutannya, Erwan menegaskan pentingnya program ini sebagai wujud kesetaraan dan penghormatan terhadap keberagaman potensi masyarakat.
“Tema Mendobrak Batas sungguh tepat karena kalian selalu membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukan menjadi penghalang untuk berprestasi,” ujarnya, disambut tepuk tangan.

Tak sekadar kata-kata, Erwan berjanji bahwa Pemprov Jabar akan memberikan dukungan penuh kepada atlet-atlet disabilitas agar mereka tak hanya mengharumkan nama provinsi, tetapi juga Indonesia di pentas dunia.
“Apresiasi setinggi-tingginya untuk dedikasi, daya juang dan prestasi kalian yang semakin menguatkan keyakinan bahwa keberagaman harus kita rayakan bersama,” ucapnya menutup pidato.

Tak hanya Istiazah. Ada ratusan peserta lain, ratusan orang tua dan guru pendamping, yang merasa baru kali ini suara mereka didengar, langkah mereka diundang. Di Arcamanik, bukan hanya bakat yang diuji, tetapi juga harapan yang diperkuat.
Bonita Hana, seorang pendamping asal Bandung, berkata jujur: “Anak-anak disabilitas hanya butuh ruang.” Dan ruang itu, selama dua hari di Bandung, benar-benar terbuka.
Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, datang bukan hanya membawa sambutan, tapi dukungan penuh. Karena ia tahu, di balik slogan Mendobrak Batas, ada anak-anak yang menolak dikasihani dan memilih untuk bertarung.
Lalu Istiazah, dengan suaranya yang jernih, mengajak kawan-kawan disabilitas di seluruh Indonesia untuk ikut bangkit: "Kita itu tidak berbeda. Kita itu sama di mata Tuhan."
Bandung tak menjanjikan medali. Tapi Bandung menjanjikan satu hal yang lebih langka: panggung bagi yang selama ini diam. Untuk itu, kata Istiazah, dari lubuk hati terdalam:
“Hatur nuhun, Bandung.”
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!