Umar Syarief: Sudah Saatnya Karate Indonesia Bergerak Lebih Profesional
Ludus01

Tulisan ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi ludus.id

Kalau kita bicara soal potensi, Indonesia seharusnya tidak kalah. Kita punya hampir satu juta karateka ini bukan angka kecil. Tapi masalah kita bukan pada jumlah, bukan pula pada bakat, melainkan pada manajemen, struktur pembinaan, dan komitmen jangka panjang.
Mari kita bandingkan secara nyata. Di Eropa, atlet dibina dalam sistem yang jelas. Mereka dipersiapkan sejak usia dini melalui jalur kompetisi yang terstruktur dan berjenjang. Federasi bekerja secara profesional, pelatih dihargai sebagai profesi, dan atlet mendapatkan dukungan penuh bukan hanya saat menjelang kejuaraan, tetapi sepanjang tahun.
Sementara di Indonesia, kita masih berkutat dengan masalah dasar: kurangnya kontinuitas program, konflik internal, ego sektoral, dan birokrasi yang menghambat. Bahkan dalam proses seleksi dan pembinaan atlet, objektivitas sering dikalahkan oleh intervensi. Kita belum benar-benar menjadikan prestasi sebagai tujuan utama sering kali lebih sibuk dengan urusan di luar lapangan daripada membina di dalamnya.
Lihat Ukraina, negara yang sedang dilanda perang. Tapi atlet karatenya tetap konsisten di peringkat dunia, bahkan menjadi juara di berbagai event. Mereka berpindah dari satu kejuaraan ke kejuaraan lain dengan semangat dan kesiapan yang luar biasa.
Lihat juga tim Kazakhstan. Hanya dengan dua minggu persiapan menuju Kejuaraan Asia (AKF), mereka keluar sebagai juara umum. Kazakhstan dan Beberapa negara Asia lainnya langsung melanjutkan dari AKF ke Karate 1 Series di Rabat hanya berselang satu minggu. Itu bukan sekadar semangat, tapi bukti adanya sistem yang berjalan dan federasi yang tahu apa yang mereka perjuangkan.
Kita harus jujur melihat ke dalam. Indonesia adalah negara yang aman, damai, dan kaya sumber daya. Namun jika tidak dikelola dengan visi yang profesional dan akuntabel, kita akan terus tertinggal meskipun kita memiliki ribuan atlet berbakat.
Jika kita ingin bangkit, maka perubahan harus dimulai dari atas dari cara kita memimpin, merencanakan, dan memperlakukan olahraga. Bukan sebagai proyek jangka pendek, tetapi sebagai investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa.
Prestasi tidak lahir dari retorika. Prestasi lahir dari konsistensi, sistem yang kuat, dan keberanian untuk berubah. Sudah saatnya karate Indonesia melangkah ke arah yang lebih dewasa dan profesional.
“May your flame never fade.”
Umar Syarief, Mantan Karateka Nasional

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!