
LUDUS - Suasana duka menyelimuti keluarga jurnalis ternama Najwa Shihab. Sang suami, Ibrahim Sjarief Assegaf, berpulang pada Selasa siang pukul 14.29 WIB, di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), Jakarta Timur. Pria kelahiran 1975 itu meninggal dunia akibat stroke hemoragik, sebuah kondisi medis kritis akibat pecahnya pembuluh darah di otak.
Ibrahim dikenal sebagai sosok tenang, intelektual, dan pendamping setia dalam perjalanan Najwa membangun media independen Narasi. Dalam kesehariannya, Ibrahim juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT Narasi Media Pracaya, sekaligus salah satu pendiri Hukumonline.com, sebuah portal hukum progresif di Indonesia.
Latar pendidikannya mentereng: Sarjana hukum lulusan Universitas Indonesia, kemudian melanjutkan magister hukum di University of Melbourne, Australia. Di dunia advokat, ia dikenal luas sebagai rekan senior firma Assegaf Hamzah & Partners.
Tapi tak ada gelar atau status yang bisa menahan satu serangan otak yang datang tiba-tiba. Stroke hemoragik datang tanpa banyak basa-basi. Mengintai diam-diam. Dan sering kali baru disadari ketika sudah terlambat.
Jenazah Ibrahim dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan. Prosesi berjalan khidmat. Namun di balik pelukan dan bunga, terselip satu pertanyaan besar: apa sebenarnya stroke hemoragik itu? Dan bisakah kita mencegahnya?

Stroke hemoragik datang tanpa banyak basa-basi. Mengintai diam-diam. Dan sering kali baru disadari ketika sudah terlambat (Foto: Ist)
Stroke hemoragik adalah jenis stroke yang lebih mematikan namun kurang dikenal. Bila stroke iskemik terjadi karena sumbatan pembuluh darah, stroke hemoragik justru disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak, yang menyebabkan perdarahan hebat dan kerusakan jaringan otak.
Menurut laporan informasi, Ibrahim mengalami stroke jenis ini—disebut juga perdarahan otak. Stroke ini bisa terjadi akibat tekanan darah tinggi (hipertensi) yang kronis, aneurisma (pelebaran dinding pembuluh darah), malformasi arteri vena (AVM), cedera kepala, hingga penggunaan obat pengencer darah atau narkotika seperti kokain.
Gejala stroke hemoragik biasanya datang mendadak:
- Sakit kepala hebat yang luar biasa (sering disebut “worst headache of life”)
- Mual dan muntah
- Kesulitan berbicara atau bicara pelo
- Kelemahan atau kelumpuhan di satu sisi tubuh
- Penurunan kesadaran atau bahkan koma
Data dari The Lancet Neurology (2020) menunjukkan bahwa lebih dari 50% kasus stroke hemoragik disebabkan oleh hipertensi. Stroke jenis ini juga lebih berisiko pada pria di atas usia 45 tahun, terutama yang menjalani gaya hidup tidak sehat—kurang gerak, stres tinggi, merokok, dan pola makan tinggi garam.

Pencegahan stroke hemoragik sebenarnya bukan hal rumit, salahn satunya rutin memeriksa tekanan darah (Foto: Ist)
Bagaimana Mencegahnya?
Pencegahan stroke hemoragik sebenarnya bukan hal rumit. Namun, seperti banyak hal dalam hidup, ia sering kali tergeser oleh kesibukan dan keacuhan.
Beberapa langkah penting yang bisa dilakukan antara lain:
- Rutin memeriksa tekanan darah
- Mengurangi konsumsi garam dan lemak jenuh
- Berhenti merokok dan mengurangi alkohol
- Tidur cukup dan mengelola stres
- Menjaga berat badan ideal
Dan satu faktor paling penting, sekaligus sering dilupakan: olahraga.

Olahraga sepeda santai salah satu bisa menuruntan tekanan darah (Foto: Ist)
Olahraga Bisa Mencegah Stroke?
Ya, dan bukan mitos.
Olahraga teratur dan terukur membantu:
- Menurunkan tekanan darah
- Menstabilkan kolesterol
- Mengurangi stres
- Memperbaiki elastisitas pembuluh darah
Sebuah studi di Journal of the American Heart Association (2021) menunjukkan bahwa orang dewasa yang rutin berolahraga 150 menit per minggu memiliki risiko stroke 26% lebih rendah dibandingkan yang jarang bergerak.
Olahraga ringan seperti:
- Jalan cepat
- Bersepeda santai
- Berenang
- Senam aerobik ringan
telah terbukti secara ilmiah menurunkan tekanan darah, meningkatkan kesehatan pembuluh darah, serta memperkuat sistem kardiovaskular.

Untuk usia di atas 40, lebih baik fokus pada aktivitas aerobik ringan hingga sedang, seperti jalan kaki cepat, berenang, atau bersepeda (Foto: Ist)
Tapi ingat: olahraga yang sehat bukan yang memaksakan tubuh. Untuk usia di atas 40, lebih baik fokus pada aktivitas aerobik ringan hingga sedang, seperti jalan kaki cepat, berenang, atau bersepeda.
Lebih dari itu, olahraga mengatur napas, mengurangi ketegangan, dan menenangkan sistem saraf. Tubuh yang rutin bergerak juga lebih sensitif terhadap sinyal-sinyal bahaya—sehingga kita bisa menyadari masalah lebih dini.

Tidur cukup dan mengelola stres bisa mencegah stroke (Foto: Ist)
Kepergian Ibrahim menyisakan duka mendalam —bagi Najwa, keluarga, juga siapa pun yang menyadari betapa rentannya tubuh manusia dalam ritme hidup yang nyaris tanpa jeda. Stroke hemoragik bukan sekadar penyakit; ia adalah peringatan bahwa tekanan, bila terus dibiarkan, bisa berujung maut.
Namun dari kehilangan ini, kita bisa belajar. Bahwa tubuh bukan mesin. Bahwa tekanan darah perlu dijaga, bukan diabaikan. Bahwa cinta pada orang terdekat dimulai dari menjaga diri sendiri.
Stroke bisa datang tanpa aba-aba. Tapi kesadaran bisa datang sebelum segalanya terlambat. (Dari Berbagai Sumber)
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!