Piala Sudirman 2025: Kejutan Alwi Farhan, Fikri/Daniel Tuntaskan Misi, Thailand Lawan Berikutnya
Ludus01


Debutan pertama di Piala Sudirman Alwi Farhan, sukses mengalahkan pemain dunia asal Denmark, Anders Antonsen (Foto: PBSI)
LUDUS – Hari ini, bagi tim Indonesia yang tampil di Piala Sudirman 2025, dimulai dengan tekanan. Di partai pembuka, pasangan Rinov Rivaldy dan Gloria Emanuelle Widjaja harus mengakui keunggulan Denmark dalam pertandingan ketat tiga gim. Indonesia tertinggal 0-1. Satu langkah mundur di laga pembuka grup yang tensinya terasa seperti final dini.
Angka di papan skor sempat membuat napas tertahan: Indonesia tertinggal 0-1 dari Denmark. Tapi ketika nama Alwi Farhan diumumkan untuk turun di partai tunggal putra, harapan kembali menyala—meski sebagian masih dalam diam, menimbang bahwa yang turun adalah debutan muda melawan nama besar, Anders Antonsen, ranking 3 BWF. Sementara Farhan baru ranking 33.
Namun lapangan di Xiamen Olympic Sports Center Fenghuang Gymnasium, Cina, bukan tempat untuk ragu. Dan Alwi membuktikannya hari ini.
Di tengah situasi menegang, muncullah sosok yang tak banyak disebut di awal—namanya Alwi Farhan, baru 19 tahun. Tidak banyak yang meletakkan beban di pundaknya, tapi ia justru datang membawa nyala. Sebuah penampilan debut di Piala Sudirman.
Dengan langkah ringan namun penuh tekad, Alwi menjejakkan kakinya ke lapangan. Di hadapannya, berdiri Antonsen—pemain senior dengan pengalaman panjang. Tapi Alwi tak gentar.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa menyamakan kedudukan untuk Indonesia,” ujar Alwi kepada tim media PBSI, usai laga. Suaranya masih bergetar, antara lega dan bahagia.
Pertandingan berlangsung dalam tiga gim yang intens. Alwi mencuri gim pertama dengan 21-17, sempat tertinggal di gim kedua 15-21, namun bangkit lagi di gim penentuan dengan skor sama: 21-17. Ia menolak tunduk.
“Saya cuma mengandalkan satu hal: berani. Fighting spirit saya tidak mau kalah,” katanya mantap. “Saya tahu saya pemain junior, tapi saya punya tekad yang besar untuk menang,” tegasnya, usai kemenangan krusial 21-17, 15-21, 21-17.
Dukungan dari luar lapangan juga terasa begitu nyata. Alwi menyebut nama-nama yang memberinya napas tambahan saat tubuhnya mulai goyah.
“Saya excited sekali saat ditunjuk main hari ini. Saya tidak terlalu mikir lawannya siapa, yang penting saya keluarkan apa yang sudah saya latih. Alhamdulillah ini hasilnya. Saya justru terpacu. Kak Gloria dan Bang Rinov sudah menunjukkan perjuangan luar biasa sebelumnya. Ini mental yang ingin kami tampilkan sebagai tim Indonesia. Terima kasih untuk Koh Indra dan Koh Jonatan. Saya memang yang ada di lapangan, tapi mereka ada di luar, membantu, membakar semangat. Rasanya saya tidak sendirian.”
Alwi bukan hanya menyumbangkan satu poin untuk Indonesia. Ia menyuntikkan nyawa, mengalirkan energi, dan memperlihatkan bahwa nyali bisa menandingi nama besar. Hari ini, seorang anak muda menolak tunduk pada panggung, dan justru berdiri sebagai pahlawan.
Ketika Indonesia butuh harapan, Alwi menjadi jawabannya. Ia bertarung dengan semangat tak mau kalah. Dalam tekanan—di saat Indonesia sedang tertinggal—Alwi justru menemukan ruang untuk bersinar. Dengan satu kemenangan itu, skor imbang 1-1, dan energi tim pun berubah total.

Pasangan ganda campuran Rinov Rivaldy/Gloria Emanuelle Widjaja harus mengakui keunggulan Jesper Toft/Amalie Magelund (Foto: PBSI)
Padahal sebelumnya, langkah pertama Indonesia di Piala Sudirman 2025 harus tergelincir. Dalam laga pembuka melawan Denmark, pasangan ganda campuran Rinov Rivaldy/Gloria Emanuelle Widjaja harus mengakui keunggulan Jesper Toft/Amalie Magelund dengan skor 20-22, 23-21, 16-21. Sebuah pertarungan tiga gim yang sengit, tapi pada akhirnya tak berujung manis bagi Merah Putih.
“Kami kesulitan sejak awal. Banyak momen pembukaan permainan yang kami kalah. Kami tak menemukan celah untuk menyerang, alhasil malah terus berada di bawah tekanan serangan mereka.”
Rinov menjelaskan. Kondisi itu membuat pasangan Indonesia kesulitan mengembangkan permainan. Di gim ketiga, ketertinggalan poin di awal menjadi pukulan telak.
“Kami membuang banyak poin sejak awal gim ketiga, jaraknya langsung menjauh. Dari situ mereka semakin percaya diri, dan kami terus tertinggal.”
Rinov juga menyinggung insiden kontroversial di akhir gim pertama, ketika mereka sedang dalam posisi mengejar dan skor krusial sedang diperebutkan.
“Saat poin sedang adu setting, kami dianggap foul. Padahal itu sangat krusial. Langsung game. Rasanya sangat tidak fair. Kami sempat emosi, tapi keputusan wasit sudah final.”
Gloria menambahkan, di gim kedua mereka mencoba bertarung lebih nekat—dan itu sempat membuahkan hasil.
“Kami mempercepat tempo di akhir gim kedua. Cukup berhasil dan kami bisa mencuri satu gim.”
Namun ia juga mengakui keunggulan lawan dari sisi servis.
“Mereka punya servis yang sangat merepotkan. Banyak poin mereka datang dari situ, kadang arah servisnya bahkan sulit terlihat.”
Satu kekalahan memang belum menentukan segalanya. Tapi jelas, pelajaran penting sudah dipetik sejak awal: bahwa dalam turnamen sekelas Piala Sudirman, fokus dan ketenangan mental harus benar-benar terjaga—bahkan hingga poin terakhir.

Luar biasa. Putri Kusuma Wardani mengalahkan Line Højmark Kjaersfeldt di Piala Sudirman 2025, membuat Indonesia unggul 2-1 (Foto: PBSI)
Di tengah riuh suara dukungan dan detak jantung yang berpacu, Putri Kusuma Wardani melangkah ke lapangan membawa beban besar di pundaknya—sekaligus peluang besar untuk mengubah arah angin pertandingan. Indonesia dan Denmark dalam posisi imbang 1-1. Dan kini, nasib sementara tim berada di tangan Putri.
Tak banyak yang menyangka, partai ketiga akan berjalan sedemikian dominan. Tapi Putri tampil luar biasa. Sangat luar biasa. Ia menggilas Line Højmark Kjaersfeldt, tunggal putri andalan Denmark, hanya dalam dua gim langsung: 21-6, 21-5.
“Sempat tegang sejujurnya saat persiapan. Tapi begitu Alwi menang, saya merasa lega. Rasanya seperti diberi napas untuk bertanding dengan tenang.”
Rasa tenang itu berbuah hasil. Sejak awal pertandingan, Putri tampil penuh kontrol. Strateginya jelas: jangan beri lawan ruang bernapas.
“Saya coba menjauh-jauhkan bola dari jangkauan dia, supaya saya lebih nyaman dulu mainnya. Saya tidak bermain terburu-buru, dan saya batasi bola atas ke dia karena pukulannya cukup tajam.”
Langkahnya begitu rapi. Ritmenya nyaris sempurna. Dan ketika lawan mulai banyak melakukan kesalahan sendiri, Putri tak menyia-nyiakan momen untuk terus menekan.
Kemenangan ini bukan sekadar angka di papan skor. Ini adalah pernyataan: bahwa Putri KW bukan hanya pemain pelapis, tapi juga ujung tombak Indonesia yang siap menyala di saat-saat penting.
Namun di balik senyum kemenangannya, Putri tetap menjaga pijakan.
“Saya harus terus jaga mental, pikirannya, mood-nya juga harus bagus. Kalau semua itu dijaga, saya bisa menikmati setiap momen di sini.”
Dan, ia benar-benar menikmati momen besar. Sebuah kemenangan telak, di panggung beregu terbesar, yang tidak hanya membuat Indonesia unggul 2-1—tapi juga membakar semangat seluruh tim.

Pasangan ganda putra Muhammad Shohibul Fikri dan Daniel Marthin mengalagkan pasangan senior Denmark Kim Astrup dan Anders Skaarup Rasmussen dan mengunci kemenangan Indonesia (Foto: PBSI)
Satu kemenangan lagi, dan Indonesia mengunci poin kemenangan atas Denmark di laga Grup D Piala Sudirman 2025. Beban itu jatuh ke pundak ganda putra Muhammad Shohibul Fikri dan Daniel Marthin. Di seberang net, berdiri pasangan senior Denmark yang sudah malang-melintang di dunia bulu tangkis: Kim Astrup dan Anders Skaarup Rasmussen.
Pada satu titik dalam pertandingan, saat sorotan lampu memantul dari raket yang terayun cepat, dan sorak-sorai pendukung Indonesia menggema di arena, Daniel Marthin melompat tinggi—seperti biasa, agresif, yakin, dan tangguh. Tapi saat ia mendarat, ada sesuatu yang tidak biasa. Sekejap, ia tahu. Lutut kirinya terasa tidak pas.
Rasa nyeri muncul. Tapi tidak ada waktu untuk mengeluh. Tidak ada tempat untuk ragu.
“Kalau bertumpu di kaki kanan masih oke, tapi kaki kiri agak sulit,” katanya pelan setelah pertandingan usai kepada tim Media PBSI—suara yang baru bisa tenang setelah segalanya selesai.
“Saya coba lupakan dulu rasa tidak nyamannya, fokus untuk menyelesaikan pertandingan.”
Dan memang, tak satu pun dari raut wajahnya di lapangan menunjukkan rasa sakit. Yang ada hanya keteguhan, semangat, dan keinginan kuat untuk menyumbangkan satu poin penting bagi Indonesia.
Daniel terus bertahan, menekan, melompat, menutup celah, seolah tubuhnya tak sedang mengirim sinyal bahaya. Karena saat merah-putih jadi taruhan, rasa sakit bisa ditunda. Cedera bisa ditahan. Yang utama: menang.
Dan mereka menang.
“Setelah ini saya akan fokus pemulihan dulu. Semoga tidak ada cedera serius.”
“Kalau dari segi permainan, tidak jauh berbeda dengan pertemuan di All England. Hari ini kami lebih fokus dari pukulan 1-2 nya, servis dan pengembalian servis. Dengan kondisi bola yang cukup berat, kami merasa lawan tidak terlalu memaksa. Beberapa kali kami jauhkan bolanya mereka keteteran. Itu membuat kami jadi percaya diri.
Tadi saya bilang ke Daniel saya akan cover tapi menurut saya tadi dia masih bisa bermain dengan baik. tempo permainan kami dengan lawan juga lambat, itu menguntungkan dengan keadaan seperti ini.”
–Muhammad Shohibul Fikri–

Pasangan Febriana Dwipuji Kusuma dan Amallia Cahaya Pratiwi menyempurnakan kemenangan Indonesia atas Denmark menjadi 4-1 (Foto: PBSI)
Kemenangan Indonesia atas Denmark memang sudah dipastikan. Tapi bagi Febriana Dwipuji Kusuma dan Amallia Cahaya Pratiwi, tugas belum selesai. Mereka tetap turun di partai kelima dan menjalankan misi dengan penuh tanggung jawab—bukan sekadar menyelesaikan pertandingan, tapi menyempurnakan kemenangan.
Hasilnya, Febriana/Amallia tampil solid dan meyakinkan. Mereka menaklukkan pasangan Denmark, Alexandra Bøje/Line Christophersen, dalam dua gim langsung: 21-15, 21-15. Sebuah kemenangan bersih yang menutup skor akhir menjadi 4-1 untuk Indonesia.
“Meski tim sudah menang, kami tetap fokus ke pertandingan kami,” ujar Amallia.
“Lawan kami kombinasi pemain tunggal dan ganda—satu kuat di pukulan belakang, satu aktif di depan. Tapi kami sudah sempat lihat permainan mereka sebelumnya, itu cukup membantu.”
Ketenangan dan antisipasi jadi kunci. Febriana dan Amallia tidak tergesa-gesa, mengontrol tempo, dan menjaga bola-bola mudah agar tak jadi bumerang.
“Dibanding saat lawan Inggris, permainan kami hari ini sudah lebih baik,” tambah Febriana.
Meski tampil di partai yang tak lagi menentukan, Febriana/Amallia memperlakukan laga ini dengan keseriusan penuh. Mental juara bukan soal menang saja, tapi bagaimana terus konsisten di setiap kesempatan. Dan mereka menunjukkan itu—dengan kemenangan, ketenangan, dan ketegasan.

Hadapi Thailand di Perempat Final, Indonesia Masuki Fase Penentuan Piala Sudirman 2025 (Foto: PBSI)
Langkah Indonesia di Piala Sudirman 2025 kini memasuki babak hidup-mati. Setelah memastikan diri sebagai juara Grup D lewat kemenangan meyakinkan 4-1 atas Denmark, tim Merah Putih akan menghadapi runner up grup A, yaitu Thailand di babak perempat final—sesuai hasil undian yang digelar BWF pada Kamis malam, 1 Mei WIB.
Mulai fase ini, turnamen memasuki fase gugur. Tidak ada lagi ruang untuk kesalahan. Tim yang kalah harus pulang, sementara pemenang melaju ke semifinal. Indonesia harus cermat dan strategis dalam menyusun komposisi pemain. Lawan yang dihadapi bukan tim sembarangan.
Thailand, yang dijuluki “tim Negeri Gajah Putih”, punya kekuatan merata di semua sektor—baik tunggal maupun ganda. Mereka juga dikenal sebagai tim yang sering tampil mengejutkan dalam format beregu, dengan pemain-pemain muda penuh semangat serta kombinasi pengalaman dari nama-nama senior yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Secara taktis, duel ini diprediksi berlangsung ketat di nomor tunggal dan ganda campuran—dua sektor di mana Thailand kerap merepotkan. Namun, Indonesia juga membawa modal kepercayaan diri yang besar setelah penampilan gemilang dari para pemain muda, termasuk Alwi Farhan yang tampil luar biasa melawan Denmark.
Kesempatan bagi Indonesia untuk melangkah ke semifinal tetap terbuka lebar. Tapi dibutuhkan lebih dari sekadar semangat: kecermatan dalam strategi, ketepatan memilih line-up, serta kesiapan mental di setiap partai akan jadi penentu.
Pertandingan melawan Thailand akan digelar pada Jumat (2/5/25) sore.
Daftar 8 Tm Lolos Perempat Final Piala Sudirman 2025:
- China (Juara Grup A)
- Thailand (Runner up Grup A)
- Korea Selatan (Juara Grup B)
- Taiwan (Runner up Grup B)
- Jepang (Juara Grup C)
- Malaysia (Runner up Grup C)
- Indonesia (Juara Grup D)
- Denmark (Runner Grup D)
Rekap Hasil Indonesia vs Denmark:
- GANDA CAMPURAN: Rinov Rivaldy/Gloria Emanuelle Widjaja vs Jesper Toft/Amalie Magelund
20-22, 23-21, 16-21 - TUNGGAL PUTRA: Alwi Farhan vs Anders Antonsen
21-17, 15-21, 21-17 - TUNGGAL PUTRI: Putri Kusuma Wardani vs Line Højmark Kjaersfeldt
21-6, 21-5 - GANDA PUTRA: Muhammad Shohibul Fikri/Daniel Marthin vs Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen
21-16, 21-18 - GANDA PUTRI: Febriana Dwipuji Kusuma/Amallia Cahaya Pratiwi vs Alexandra Bøje/Line Christophersen
21-15, 21-15

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!