Piala Sudirman: Rinov/Gloria Gagal, Putri & Jojo Membalas, Fadia/Lanny Mengunci Kemenangan! Indonesia Lolos, Korea Menanti!
Ludus01


Laga pembuka mempertemukan pasangan ganda campuran Rinov Rivaldy/Gloria Emanuelle Widjaja melawan pasangan Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Supissara Paewsampran, Indonesia teringgal 0-1 (Foto: PBSI)
LUDUS – Tidak semua kemenangan dimulai dengan sorak-sorai. Dari Xiamen Olympic Sports Center, di kota Xiamen, Tiongkok, ada yang justru dimulai penuh tekanan, diliputi rasa bersalah, dan dibayangi keraguan yang diam-diam menggerogoti keyakinan. Sore tadi, Indonesia tidak membuka laga Piala Sudirman 2025 dengan tepuk tangan, tapi dengan tunduk kepala. Tertinggal lebih dulu 0-1 dari Thailand setelah ganda campuran gagal menyumbang poin, sorot mata para pemain mengabur di balik harap dan beban.
Laga pembuka mempertemukan pasangan ganda campuran andalan tanah air, Rinov Rivaldy dan Gloria Emanuelle Widjaja, dengan pasangan Thailand, Dechapol Puavaranukroh dan Supissara Paewsampran. Sejak awal gim pertama, tekanan seperti tak memberi celah. Skor 10-21 dan 15-21 menjadi cermin betapa beratnya laga ini untuk pasangan Merah Putih.
Di luar angka dan statistik, ada pergulatan batin yang lebih besar terjadi di dalam diri para pemain.
“Saya tidak bermain maksimal, ini bukan saya,” ucap Rinov kepada tim media PBSI, dengan mata yang menyiratkan penyesalan mendalam. “Ada rasa lumayan tegang yang melanda, mungkin karena kepikiran kemarin belum sumbang poin dan hari ini harus bermain bagus.”
Ia sadar, publik menanti kebangkitannya, tetapi justru beban itulah yang membuat langkahnya berat.
“Kami sudah mencoba sekuat tenaga,” lanjutnya, suara mulai mantap, seolah ingin menegaskan bahwa ini bukan tentang menyerah. “Semoga teman-teman yang lain bisa menang dan membawa Indonesia ke semifinal.”
Di sisi lain, Gloria pun tak mampu menyembunyikan betapa tekanan telah menggerus ketenangan mereka. “Memang ada tekanan yang kami rasakan,” katanya jujur. “Saya belum sumbang poin untuk tim, dan Rinov belum tampil maksimal dari awal sampai hari ini. Itu berpengaruh dengan performa kami di lapangan.”
Ia tidak mencari-cari alasan. Ia tahu lawan bermain rapi, efisien, dan agresif. “Di luar itu, lawan juga bermain baik. Sangat rapat,” tambahnya, mengakui keunggulan Dechapol/Supissara tanpa ragu.
Namun di balik nada kecewa, Gloria tetap menyimpan harapan. Sebuah keyakinan yang menjadi bahan bakar tim ini sejak awal turnamen. “Saya percaya tim ini akan melakukan yang terbaik di depan,” ujarnya, dengan tatapan yang tak lagi goyah.

Tunggal putri Indonesia Putri Kusuma Wardani mengalahkan Pornpawee Chochuwong (Foto: PBSI)
Tertinggal lebih dulu 0-1 dari Thailand, sorot mata para pemain mengabur di balik harap dan beban. Tapi seperti api kecil yang tak padam di tengah angin, semangat itu masih menyala—menunggu disulut. Dan yang menyalakannya adalah seorang Putri.
Putri Kusuma Wardani, dengan rekor 0-8 melawan Pornpawee Chochuwong, masuk ke lapangan bukan hanya membawa raket dan strategi. Ia membawa tekad seluruh tim. Ia bermain dengan sabar, dengan kepala dingin, dengan hati yang penuh tanggung jawab. Kemenangan dua gim langsung itu bukan hanya poin, tapi tanda bahwa Indonesia belum selesai.
Putri tampil lugas. Taktis. Tenang. “Dari pertemuan terakhir tidak banyak yang berubah,” ujar Putri usai pertandingan. “Tadi Pornpawee pergerakannya agak lambat, dia masuk ke dalam tempo saya. Jadi mengikuti apa yang saya mainkan.”
Skor 21-18, 21-14 memperlihatkan bagaimana pertandingan ini sebenarnya lebih tentang strategi dan kesabaran, bukan sekadar kecepatan atau agresivitas. Putri tahu lawannya berbahaya saat bermain cepat, namun ia juga tahu itu tak akan bertahan lama.
“Saya coba bermain sabar, diolah dulu. Saat yang tepat baru mematikan,”
Namun kemenangan ini bukan semata soal teknik. Ada dinamika batin yang harus dijinakkan. Meski awalnya tenang, Putri mengaku sempat dilanda kepanikan ketika Pornpawee mengejar. Tapi di belakangnya berdiri dua sosok yang tak pernah lelah mengingatkan: Imam Tohari dan Shendy Puspa Irawati.

Pelatih tunggal putri Imam Tohari dan Shendy Puspa Irawati berada di belakang kemenangan Putri (Foto: PBSI)
“Mereka selalu mengingatkan untuk tidak memikirkan poin. Fokus saja pada permainan,” katanya, mengutip pesan yang menjadi jangkar di tengah gelombang tekanan.
Putri memang datang dengan persiapan matang. Ia sudah bersiap untuk menghadapi siapa pun—baik Pornpawee maupun Ratchanok Intanon. “Ternyata yang turun Pornpawee. Selain lihat lagi video permainannya, kemarin baru bertemu di awal tahun, jadi masih ingat rasanya melawan dia.”
“Saya memang senang main beregu seperti ini, jadi di lapangan bisa menikmati dan mengeluarkan semua kemampuan. Mindset-nya tetap merasa bermain seperti perorangan sebagai kewajiban, tapi lebih ada yang mendukung di belakang.”
Dukungan itu, hari ini, menjadi nyata. Dan hasilnya jelas—Indonesia menyamakan kedudukan, 1-1.
Ketika pasangan ganda campuran sebelumnya tersandung, Putri hadir sebagai penyambung napas. Di tengah ribuan pasang mata dan beban negara, ia bermain seperti dirinya sendiri. Bukan sekadar Putri Kusuma Wardani sang atlet, tapi Putri yang tahu bahwa sebuah kemenangan di beregu tak hanya soal raket dan shuttlecock, tapi soal keberanian untuk menjaga asa satu bangsa.

Jonatan Christie, sang kapten datang dan menang, membuat Indonesia unggul 2-1 atas tim Thailand (Foto: PBSI)
Angka di papan skor kini berimbang: 1-1. Semangat tim mulai bangkit, tapi pertarungan belum selesai. Partai ketiga akan menentukan arah angin—dan saat itulah Jonatan Christie, sang kapten, melangkah masuk ke arena.
Lawan di hadapannya bukan sembarang nama. Kunlavut Vitidsarn, juara dunia, lawan lama yang menyimpan kenangan pahit. Dari final Indonesia Masters 2025 yang baru lewat beberapa bulan, hingga kekalahan menyakitkan dua tahun lalu di Sudirman Cup 2023, saat Jonatan terpeleset setelah unggul 18-14 di gim ketiga.
Namun hari ini bukan tentang masa lalu. Ini tentang kepemimpinan. Tentang menjadi jangkar saat badai masih bergemuruh.
“Pertama, Puji Tuhan pastinya,” ujar Jonatan selepas pertandingan. Sorot matanya teduh, tapi jelas menyimpan letupan emosi. “Tidak mudah. Kami sempat kalah di ganda campuran, tapi saya salut kepada perjuangan Rinov dan Gloria.”
Lalu, tanpa diminta, ia menyebut satu nama dengan penuh penghormatan: Putri Kusuma Wardani.
“Apresiasi terbesar saya adalah kemenangan Putri. Rekor pertemuan dia dengan Pornpawee 0-8, lalu masuk lapangan dalam kondisi tim tertinggal. Saya sebagai kapten dan semua tim pasti bangga. Dia menunjukkan bahwa beregu ini bukan hanya untuk dia, tapi untuk seluruh tim.”
Bagi Jonatan, kemenangan Putri bukan sekadar penyama skor. Itu adalah api yang menyalakan semangatnya kembali. Dan seperti efek domino, performa Putri membuat Kunlavut, yang menyaksikan dari bench Thailand, sedikit goyah. Jonatan membacanya.
Hasilnya? Sebuah kemenangan meyakinkan: 21-9, 22-20.
“Satu poin sangat berharga,” ucapnya tentang gim kedua yang sempat membuat napas berhenti di setiap reli. “Tertinggal jauh, tapi tetap cari cara untuk dapat poin satu-satu. Bagaimana fight back lagi. Dan berhasil.”
Tak lupa, ia menyebut kepercayaan pada para pemain muda: Alwi Farhan, bahkan Ubed—nama yang kembali menggema setelah perjalanannya sempat terhenti oleh tragedi. “Mereka kualitasnya sudah ada di tingkat dunia,” tegas Jonatan. “Tinggal kesempatan dan kepercayaan yang harus terus diberikan.”
Dan hari ini, saat Indonesia membalikkan keadaan menjadi 2-1, Jonatan tidak hanya mempersembahkan satu poin. Ia mempersembahkan contoh. Bahwa kapten sejati bukan hanya mereka yang bicara paling lantang di ruang ganti, tapi yang turun ke medan dan menang ketika tim membutuhkannya.

Kemenangan pasangan ganda campuran Indonesia Lanny Tria Mayasari dan Siti Fadia Silva Ramadhanti membuat Indonesia lolos ke partai semifinal (Foto: PBSI)
Suasana di arena makin memanas. Indonesia kini unggul 2-1 atas Thailand. Satu kemenangan lagi dibutuhkan untuk mengunci tiket semifinal. Dan untuk tugas itu, dua nama muda naik ke atas panggung: Lanny Tria Mayasari dan Siti Fadia Silva Ramadhanti.
Di atas kertas, lawan mereka tampak tak mengancam: pasangan dadakan Thailand, Jhenicha Sudjaipraparat dan Sapsiree Taerattanachai, bukan spesialis ganda putri. Tapi justru karena itu mereka datang dengan sikap nothing to lose—jenis lawan yang berbahaya bila disepelekan.
Namun Lanny dan Fadia bukan pasangan yang mudah goyah. Mereka datang dengan satu misi: menyudahi pertandingan, dan menyudahi harapan Thailand.
“Alhamdulillah, rasanya senang bisa menyelesaikan pertandingan tanpa cedera dan memastikan kemenangan Indonesia,” ucap Fadia, penuh syukur dan lega.
Ia tahu, lawan punya pertahanan yang lumayan. Tapi mereka tahu satu hal yang menjadi keunggulan mereka hari itu: ketahanan dan kesabaran. Dua hal yang tak selalu glamor di highlight pertandingan, tapi jadi senjata paling mematikan di rally-rally panjang.
“Kami hanya fokus dengan permainan kami, tidak terlalu terpengaruh suara dari kursi suporter yang sangat riuh,” katanya. “Tapi dukungan luar biasa itu menambah semangat kami di lapangan.”
Lanny menimpali dengan gaya bicara yang jujur dan membumi. “Tadi kami meladeni saja rally-rally mereka. Yang penting masuk dulu, kejar bola ke mana saja, dan sabar… walau beberapa momen ada terburu-buru ingin mematikan.”
Ia tak menyangkal ada ketegangan di awal. Tapi melihat skor 2-1, mereka tahu: ini saatnya memikul estafet dari Jonatan dan Putri. Ini bukan sekadar pertandingan, ini tanggung jawab.
“Ada rasa sedikit tegang saat masuk lapangan,” aku Lanny. “Tapi kami tidak mau menyia-nyiakan pengorbanan teman-teman yang lain yang sudah berjuang.”

Kegembiraan Lanny/Fadia setelah memastikan kemenangannya dan meloloskan Indonesia ke semifinal Piala Sudirman 2025 (Foto: PBSI)
Dan mereka benar-benar tidak menyia-nyiakannya. Dengan skor 21-14, 21-18, Lanny dan Fadia mengunci kemenangan yang dinanti. Indonesia menang 3-1 atas Thailand. Tiket semifinal pun di tangan. Tapi pesta belum dimulai.
Indonesia tidak datang ke lapangan untuk bermain aman. Mereka datang untuk bertahan hidup. Di Piala Sudirman ini, mereka tidak sekadar mengalahkan Thailand. Karena di depan, musuh yang lebih kuat menanti: Korea Selatan. Raksasa beregu yang sudah lama jadi duri dalam sejarah bulu tangkis Indonesia. Tapi setelah apa yang diperlihatkan hari ini, satu hal menjadi pasti: Indonesia tidak akan datang untuk bertahan. Mereka akan datang untuk menggebrak.
Dan jika takdir sedang berselera, mungkin sejarah sedang bersiap untuk diacak-acak!
Rekap Hasil Indonesia vs Thailand:
- GANDA CAMPURAN: Rinov Rivaldy/Gloria Emanuelle Widjaja vs Dechapol Puavaranukroh/Supissara Paewsampran 10-21, 15-21
- TUNGGAL PUTRI: Putri Kusuma Wardani vs Pornpawee Chochuwong 21-18, 21-14
- TUNGGAL PUTRA: Jonatan Christie vs Kunlavut Vitidsarn 21-9, 22-20
- GANDA PUTRI: Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti vs Jhenicha Sudjaipraparat/Sapsiree Taerattanachai 21-14, 21-18
- GANDA PUTRA: Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana vs Dechapol Puavaranukroh/Pakkapon Teeraratsakul

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!