
Tulisan ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi ludus.id

Zaman akhir tahun 1970-an, ketika olahraga Indonesia sedang naik daun menjadi juara umum Sea Games 1977 di keikutsertaannya yang pertama, renang sebagai cabang pendulang emas menjadi begitu populer.
TVRI yang menjadi satu-satunya media audio-visual, menjadi jembatan informasi yang komplet untuk menyampaikan prestasi atlet-atlet kita. Tak terkecuali, siaran langsung untuk pertandingan2 PON pun nyaris lengkap. Apalagi Siarang langsung final cabang renang.
Di PON 1977 itulah nama Tati I Erningpraja (dikenal Irianti Erningpraja) terus disebut penyiar naik podium sebagai jagoan DKI Jaya yang selalu jumpa ratu renang Jatim saat itu, Nanik Juliati Sowadji, di nomor2 yang dituruninya gaya bebas. Sementara Nanik jago di semua nomor.
Di situ pula, para penggemar olahraga pasti mulai mengenal Neng Tati. Namanya yang unik, karena di tengah namanya ada huruf I, yang menjadikannya mudah diingat. Walau tak berhasil mencuri medali emas dari Nanik, tapi ia berhak masuk jajaran tim renang yang ke Asian Games Bangkok setahun kemudian.
Untuk saya, saat itu menandai ciri Tati di kolam dengan telinganya. Telinganya yang dikeluarkan dari cap saat berenang, menjadi terlihat caplang. Itulah ciri khas yang menjadikannya menarik.
Di Asian Games 1978, Tati bersama Nanik Soewadji, Anita Sapardjiman, dan Nunung Selowati berhasil meraih medali perunggu di nomor estafet 4x100 gaya ganti putri. Satu prestasi luar biasa untuk Indonesia, apalagi utk ukuran sekarang yg sejak Richard Sam Bera di tahun 1990 tak ada lagi perenang Indonesia yg bisa meraih perunggu di tingkat Asia.
Setelah PON 1979, Tati I menghilang dari kolam renang karena sinusitis yang dideritanya. Belakangan saya tau dia menjadi adik kelas saya di SMA 6. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke IPB di jurusan statistik pula. Saya kemudian menandainya, sebagai salah satu atlet yang berhasil dalam akademis. Ini jadi seperti bukti dari telinganya yang besar, jaman dulu orang bilang kalau anak dengan telinga besar berarti dia pintar.
Akhirnya Neng Tati banting setir ke dunia musik. Di dunia inilah nama Tati hilang, huruf I yang disingkat ketika menjadi atlet justru menjadi nama utamanya saat menjadi musisi, Irianti. Dengan nama itu yang kemudian membuatnya lebih banyak dikenal orang.
Saya dengar cerita Dewa Budjana, Tati adalah seorang penerobos, ketika orang-orang belum berpikir untuk sekolah musik ke luar negeri, Tati sudah lebih dulu melakukannya. Ia bersekolah musik di California. Saya percaya tekad seperti ini tumbuh karena ia seorang atlet, pekerja keras.
Beberapa tahun kemudian, di akhir 1980, saya jumpa lagi Irianti setelah ia menjadi musisi top. Saya membuat cerita untuk Tabloid Nova, tentang kenapa perenang-perenang cantik ini memilih dunia show untuk masa depannya. Selain Irianti, di tulisan itu juga ada Zoraya Perucha yang saat itu masih menjadi bintang film, dan Astrid Darmawan yang seorang foto model. Setelah itu kami hanya jumpa di dunia maya.
Selamat jalan Adonia Irianti Erningpraja atau Neng Tati, salah satu orang yang telah membuat saya mencintai renang. Di akhir tahun 1970-an para perenang nasional usianya nyaris seusia saya, sebagian bahkan satu SMP dengan saya. Dunia itu seperti dekat dengan saya. Sedang Tati memiliki ciri sendiri saat berlomba. restasi dan karyamu nggak akan pernah hilang. Al Fatihah
Tyas Soemarto, Wartawan Olahraga Senior
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!