
LUDUS - Gregoria Mariska Tunjung kembali menginjakkan kaki di arena kompetisi dunia. Setelah nyaris tiga bulan absen karena vertigo, Selasa siang, 15 Juli 2025, ia berdiri lagi di tengah sorot lampu dan deru penonton di Tokyo Metropolitan Gymnasium. Turnamen ini bukan sekadar Japan Open 2025, bukan pula sekadar ajang BWF World Tour Super 750, bagi Gregoria, ini adalah awal dari perjalanan panjang untuk kembali ke level tertinggi.

Foto/PBSI
Wajahnya tenang, tapi sepertinya ada gemuruh yang tak tertampakkan. Dalam laga babak pertama, ia langsung berhadapan dengan wakil tuan rumah, Riko Gunji. Hasilnya, bukan seperti yang diharapkan. Ia kalah dua gim langsung, 10-21, 12-21.
"Pastinya saya senang bisa kembali ke turnamen, tapi secara hasil memang belum sesuai harapan. Permainan saya sama sekali belum baik, sementara lawan bermain sangat berani dan bisa mengontrol pertandingan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang dirilis PBSI seusai pertandingan.
Ini adalah penampilan perdananya sejak terakhir bertanding pada April. Vertigo yang dideritanya memaksanya menepi sejenak. Dan meski kini telah pulih, Gregoria tak menutupi kenyataan bahwa tubuh dan pikirannya belum benar-benar siap.
"Selain fisik yang masih jadi catatan, tadi di lapangan saya merasa ketika kondisi tertekan saya tidak bisa menjadikan itu sebagai pacuan, malah justru terbawa suasana, agak panik, dan tidak bisa kontrol," katanya dengan jujur.
Pertandingan itu sejatinya sempat menjanjikan. Di gim pertama, Gregoria mampu menahan imbang Gunji hingga skor 7-7. Tapi, empat poin beruntun dari sang tuan rumah mengubah segalanya. Gunji memimpin 11-7 di interval dan terus melaju, menutup gim pertama dengan skor telak 21-10.
Gim kedua sempat memberi harapan. Gregoria mengawali dengan ledakan enam poin berturut-turut dan memimpin 7-4. Namun, seperti air yang mengalir terlalu cepat, keunggulan itu tak bertahan lama. Gunji membalikkan keadaan, unggul 11-10 di interval, lalu menjauh tanpa sempat dikejar. Akhirnya, gim kedua pun berakhir dengan 21-12 untuk Gunji, dan hari itu ditutup dengan kekalahan yang pahit.

Foto/PBSI
Namun Gregoria bukan tipe yang larut dalam kecewa. Ia tahu ini adalah bagian dari perjalanan panjang yang baru saja dimulai kembali. Fokusnya kini tertuju pada turnamen berikutnya, China Open 2025, ajang Super 1000 yang akan digelar pekan depan.
"Ketika tampil jelek pekan ini, pasti pekan depan saya harus tampil lebih baik dan saya tahu itu tidak mudah. Maka persiapan selama di sini jelang China Open akan saya matangkan lagi," katanya dengan nada penuh kesadaran.
Japan Open 2025 menjadi titik tolak, bukan titik akhir. Turnamen ini adalah ujian pertama dalam upaya Gregoria untuk mengembalikan ritme, stamina, dan mental bertandingnya. Ia menyadari: dunia bulu tangkis di level atas bukan hanya soal teknik, tapi soal daya tahan, keberanian, dan kemampuan menghadapi tekanan yang terus-menerus datang dari berbagai sisi.

Foto/PBSI
“Pastinya saya senang bisa kembali ke turnamen tapi secara hasil memang belum sesuai dengan yang diinginkan. Permainan saya sama sekali belum baik, di sisi lain lawan bermain sangat berani dan bisa mengontrol pertandingan,” ia mengulangi pernyataan yang menjadi inti dari hari itu.
Dan seperti seorang pelari yang tahu lintasan masih panjang, Gregoria memilih tidak berhenti.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!