Le Mans, Luka Lama, dan Sean Gelael yang Tak Menyerah: Mencari Ulang Sejarah McLaren

Ludus01

LUDUS - Ada semacam gairah yang tak pernah padam setiap kali Sean Gelael kembali ke Le Mans. Sebuah tempat yang tidak hanya menyimpan kenangan tentang kecepatan dan kelangsungan, tetapi juga luka dan pembuktian. Tahun lalu ia datang dengan semangat tinggi, lalu pulang membawa cerita pahit tentang kecelakaan. Kini, pada Juni 2025, Sean kembali. Dengan semangat serupa, tekad yang lebih bulat, dan tim baru di bawah panji United Autosports nomor 95.

Tim LMGT3: Sean Gelael (Indonesia), Marino Sato (Jepang), dan Darren Leung (Inggris). Foto/Jagonya Ayam Motorsport.

Tim LMGT3: Sean Gelael (Indonesia), Marino Sato (Jepang), dan Darren Leung (Inggris). Foto/Jagonya Ayam Motorsport.

Tiga nama tertera dalam daftar resmi tim untuk kelas LMGT3: Sean Gelael (Indonesia), Marino Sato (Jepang), dan Darren Leung (Inggris). Bertiga, mereka akan menunggangi McLaren 720S GT3, sebuah mobil yang menyimpan sejarah tersendiri di sirkuit legendaris ini. Kemenangan terakhir McLaren di Le Mans terjadi tiga dekade silam—tahun 1995—lewat trio JJ Lehto, Yannick Dalmas, dan Masanori Sekiya, pebalap Jepang pertama yang menang di sana.

Kini, dengan Sato sebagai pebalap Jepang di tim, angan itu kembali menyeruak: mungkinkah sejarah berulang?

Prosesi pun dimulai. Jumat, 6 Juni, Sean dan rekan-rekannya menjalani scrutineering, pemeriksaan teknis menyeluruh atas kendaraan. Dua hari kemudian, mereka turun dalam Test Day, sesi latihan istimewa yang hanya diberikan bagi para kontestan balapan 24 jam ini.

Namun Le Mans tak pernah memberi segalanya dengan mudah. Pada sesi pertama yang berlangsung selama tiga jam di pagi hari, mobil McLaren mereka belum siap tempur. Marino Sato hanya mampu mencatatkan waktu terbaik di ujung sesi: 3:58.938, yang menempatkan mereka di posisi ke-9. Sementara itu, tim Akkodis ASP Team 87 melesat tercepat dengan 3:57.109.

Foto: Jagonya Ayam Motorsport

Foto: Jagonya Ayam Motorsport

Sesi sore sedikit lebih baik. Sean Gelael mengambil alih kemudi dan mencatatkan waktu 3:58.647, lebih baik dari rekan Jepangnya. Tapi persaingan juga mengencang. Saat tim-tim lain menajamkan catatan mereka, United Autosports 95 justru harus turun ke peringkat 13. Lagi-lagi, Akkodis ASP Team 87 memimpin dengan 3:55.276.

Namun angka-angka itu bukanlah segalanya. Bukan itu yang mereka cari di Test Day. Sean, Brand Ambassador Pertamax Turbo pun menjelaskan dengan lugas dan jujur:

“Kembali, saya datang ke Le Mans setelah melewati balapan yang diwarnai kecelakaan seperti tahun lalu. Dan kali ini pun kami ingin hasil terbaik seperti tahun lalu. Apalagi terakhir kali mobil McLaren menang di Le Mans adalah bersama pebalap Jepang, di mana kami memilikinya tahun ini.”

Foto: Jagonya Ayam Motorsport

Foto: Jagonya Ayam Motorsport

Sean tahu betul bahwa balapan ini bukan semata tentang kecepatan. Ini tentang bertahan. Tentang kecermatan membaca malam. Tentang kehendak untuk terus menyala walau tubuh mulai melemah. Ia mengingat betul bagaimana tahun lalu ia harus mengubur ambisi karena insiden yang menghentikan langkahnya.

Tahun ini, perlombaan utama akan dimulai Sabtu, 15 Juni, pukul 21.00 WIB. Segalanya ia persiapkan dengan lebih matang. Dan jika sejarah memang bersedia berpihak, mungkin kali ini McLaren akan kembali berdiri di podium Le Mans—bersama seorang Indonesia, seorang Jepang, dan seorang Inggris.

Sebab, bagi Sean dan banyak orang, Le Mans tak pernah menjadi balapan biasa. Ia selalu istimewa. Dan justru karena itu, orang-orang kembali ke sana. Lagi dan lagi. (*)

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

John Doe

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!