Mengenal Triple Crown, Tiga Balapan Terberat Dunia yang Sudah Ditaklukkan McLaren
Ludus01

LUDUS - Di dunia balap mobil, gelar Triple Crown adalah puncak prestasi yang langka dan legendaris. Hanya mereka yang mampu menaklukkan tiga balapan paling bergengsi dan berbeda karakter yang berhak menyandang gelar ini: Indianapolis 500, 24 Hours of Le Mans, dan Grand Prix Monako Formula 1. Ketiganya bukan sekadar ajang balap biasa—mereka adalah simbol tantangan ekstrem dalam kecepatan, ketahanan, dan teknik pengemudian di medan yang benar-benar berbeda.

Hanya satu pebalap dan satu tim yang mampu meraih Triple Crown ini sepanjang sejarah. Pebalap itu adalah Graham Hill, sang legenda asal Inggris, yang membuktikan kemahirannya di berbagai lintasan dan format balap berbeda. Hill mengukir namanya dengan kemenangan di Indy 500 pada 1966, menguasai balapan ketahanan 24 Hours of Le Mans pada 1972, dan lima kali menguasai GP Monako pada era 1960-an yang menjadi primadona ajang Formula 1. Keberhasilan Hill menggambarkan bahwa kejeniusan balap bukan sekadar kecepatan, tapi juga adaptasi dan konsistensi luar biasa di medan yang benar-benar berbeda.
Namun, di balik prestasi individual, ada nama besar McLaren, tim balap asal Inggris yang didirikan oleh pebalap legendaris Selandia Baru, Bruce McLaren. McLaren bukan hanya legenda di dunia Formula 1, tapi juga satu-satunya tim atau konstruktor yang berhasil mengumpulkan gelar Triple Crown—menang di tiga ajang bersejarah yang mewakili puncak dunia balap.
Mereka menaklukkan Indy 500 pada 1974 bersama Johnny Rutherford, pebalap Amerika yang menggeber McLaren hingga jadi juara. Monako, yang dikenal sebagai salah satu balapan paling teknis dan menantang di sirkuit jalan raya sempit di jantung kota, menjadi ladang kemenangan McLaren selama bertahun-tahun, dengan Alain Prost mencatat kemenangan pertama tim ini pada 1984. Namun puncak prestasi McLaren muncul di 24 Hours of Le Mans 1995. Sebagai pendatang baru di lomba ketahanan mobil tertua dan paling bergengsi ini, McLaren membuat gebrakan besar: bukan hanya merebut posisi pertama, tapi juga menguasai posisi ketiga, keempat, dan kelima—sebuah dominasi langka yang mencatat sejarah.
Balapan Indy 500 sendiri merupakan ujian ketahanan dan kecepatan di lintasan oval sepanjang 2,5 mil yang harus dilahap sebanyak 200 lap. Berakar di Amerika sejak 1911, Indy 500 menguji keberanian dan ketahanan pebalap dalam kecepatan tinggi di tikungan-tikungan melingkar. Sementara itu, 24 Hours of Le Mans yang lahir tahun 1923, menuntut daya tahan mobil dan tim selama 24 jam penuh, dengan fokus pada strategi, ketahanan mesin, serta kerja sama tim yang sempurna. Dan Grand Prix Monako, yang lahir tahun 1929, bukan sekadar balapan cepat, tapi pertarungan presisi dan konsentrasi maksimal di trek jalan raya sempit yang menuntut keberanian dan teknik mumpuni—lebih tua bahkan dari Kejuaraan Dunia Formula 1 yang baru dimulai pada 1950.

Keberhasilan McLaren merebut gelar Triple Crown bukanlah sebuah kebetulan. Ini adalah hasil perpaduan teknologi inovatif, strategi cerdas, dan talenta pebalap kelas dunia yang mampu beradaptasi dengan ragam tantangan di tiga arena balap berbeda tersebut. McLaren membuktikan bahwa keunggulan di satu jenis balap bisa diaplikasikan secara fleksibel dengan modifikasi dan kecerdasan teknik pada balapan lainnya.
Namun, menariknya, walaupun sudah mengukir sejarah dan memiliki eksibisi khusus di Museum 24 Hours of Le Mans bertajuk “McLaren, A Name for Eternity” untuk merayakan 30 tahun keberhasilan di Le Mans, ambisi tim ini tidak pernah padam. Zak Brown, CEO McLaren, dengan penuh keyakinan menyatakan bahwa mereka membidik lebih dari sekadar gelar Triple Crown—mereka ingin menaklukkan ketiga balapan itu sekaligus dalam satu musim pada 2027. Sebuah target yang sangat ambisius, mengingat perbedaan besar format dan persyaratan teknis setiap ajang.

Sebelum momen itu datang, McLaren tahun ini kembali turun dengan dua mobil di kelas LMGT3 FIA World Endurance Championship, nomor 59 dan 95. Keduanya akan berlaga di sirkuit legendaris Circuit de la Sarthe, Le Mans, akhir pekan ini. Di balik kemudi mobil bernomor 95, Sean Gelael, Brand Ambassador Pertamax Turbo, bersama Marino Sato (Jepang) dan Darren Leung (Inggris), mencoba mengulang kejayaan McLaren di lintasan yang sama. Ini bukan sekadar balapan; ini adalah upaya mempertahankan warisan sekaligus merajut sejarah baru.
Balapan 24 Hours of Le Mans yang spektakuler ini dapat disaksikan secara langsung melalui livestream di kanal Youtube KUY Entertainment dan situs www.gelaelized.com mulai Sabtu, 15 Juni pukul 21.00 WIB. Dengan dukungan dari KFC, Pertamax Turbo, Telkomsel, MIND ID, dan Bank Aladin Syariah, pertunjukan ketahanan dan strategi balap ini dipastikan penuh drama dan ketegangan.
Melihat keseluruhan kisah Triple Crown, kita diingatkan bahwa balap mobil bukan sekadar kecepatan. Ini adalah persimpangan antara manusia, mesin, teknologi, dan strategi dalam medan yang sangat beragam. McLaren bukan hanya tentang kemenangan di trek—mereka tentang inovasi, adaptasi, dan dorongan tak henti mengejar batas baru dalam dunia balap. Ambisi mereka yang terus menyala untuk meraih Triple Crown dalam satu musim menjadi cerita tentang bagaimana sejarah dan masa depan bisa berpadu dalam satu tim balap legendaris. (*)
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!